Lampard & Cerita Tentang Mantan
Meskipun bukan fans Man United, namun saya termasuk dari sekian banyak orang yang "merasa kehilangan" ketika mendengar keputusan bahwa Sir Alex Ferguson akan pensiun dari melatih klub yang diarsitekinya selama 26 tahun, Manchester United. Menurut saya, Sir Alex merupakan salah satu pelatih paling cerdas yang pernah ada. Saat itu ketika Sir Alex memutuskan pensiun, semua orang bertepuk tangan, tak sedikit yang bahkan meneteskan air mata. 26 tahun tentu bukan waktu yang singkat untuk bisa bertahan dalam ketatnya persaingan Liga Inggris dan Eropa, dan lemari trophy Man United sudah cukup mewakili seberapa besar sukses yang diraih United bersama Ferguson.
Saya juga bukanlah seorang fans Liverpool, namun ketika bintang Anfield Steven Gerrard memutuskan untuk hengkang ke klub MLS, LA Galaxy saya juga merasa sedikit ada yang beda ketika Gerrard tak lagi bermain di Liga Inggris. Dilihat dari kontribusi, prestasti dan kesetiaannya pada klub, Gerrard pantas disebut sebagai salah satu Legenda Liverpool. Seorang legenda yang pada akhirnya harus menjauh dari apa yang dicintainya. Ya, Gerrard memang harus beranjak dari Anfield, melakukan petualangan baru, mendapatkan pengalaman baru dan bermain dikompetisi yang belum pernah diikuti sebelumnya. Ketika resmi berpisah dengan Liverpool, Gerrard mendapatkan Guard of Honour pada laga Liverpool kontra Crystal Palace, Ia juga berkesempatan untuk mengucapkan salam perpisahan plus Lap of Honour. Sebab, laga itu menjadi laga terakhirnya bersama The Reds di Anfield. Gerrard melakukan seremoni perpisahan dengan layak pada Liverpool dan para fansnya.
Ya, tak usah dipungkiri Sir Alex memang fenomenal, dan Stevie G adalah legenda. Mereka memang pantas mendapatkannya.
Lantas bagaimana dengan Lampard? Sang pencetak gol sepanjang masa Chelsea (setidaknya sampai dengan tulisan ini diposting). Dan dengan apa yang telah dilakukan nya untuk Chelsea, apa ia tak pantas disebut legenda? Apa ia tak pantas untuk sekedar mendapatkan Guard of Honour?
Ketika Chelsea tidak memperpanjang kontrak Lampard, sampai pada akhirnya Lampard menemukan Klub Baru yang berkompetisi di MLS (New York City), Lampard sama sekali tidak mendapatkan perlakuan istimewa layaknya apa yang didapatkan oleh Ferguson maupun Gerrard dari klub mereka. Kecewa? Mungkin tak sedikit fans yang kecewa dengan management klub.
Lampard yang didatangkan oleh Claudio Ranieri dari West Ham United pada 2001, ia langsung jadi andalan di lini tengah Chelsea. Suporter Chelsea awalnya tak sepenuhnya menyambut dia, tapi kesederhanaan dan profesionalisme, membuat fans kemudian sangat mencintainya. Hari demi hari berlalu. Tahun demi tahun berganti. Lampard pun berubah menjadi sosok dengan peran yang sangat vital untuk Chelsea dan berhasil menjelma menjadi seorang pemain bintang yang namanya begitu dielu-elukan oleh publik Stamford Bridge. Tak bisa dipungkiri bahwa Frank Lampard adalah salah satu legenda Chelsea terbesar di generasi ini, selain John Terry. Kontribusinya sangat besar untuk dilupakan di kemudian hari.
Dengan memberikan banyak kontribusi untuk membawa Chelsea menjuarai Liga Inggris, Piala FA, Liga Europa dan Liga Champions. Tak hanya itu, Lampard juga berhasil mencatatkan tinta emas dalam sejarah Chelsea sebagai Pencetak Gol sepanjang masa klub atas namanya.
Lampard dan Chelsea adalah bagian yang bisa dipisahkan. Layaknya jantung dalam organ tubuh manusia. Begitu pun sosok Lampard di Chelsea. Cerita romantis nan indah Lampard bersama Chelsea memang telah lama berakhir. Pemain berjuluk Super Frank ini hengkang setelah 13 musim berseragam Chelsea. Kepergian Lampard dari Stamford Bridge bisa menjadi salah satu kepergian yang sudah seharusnya diiringi dengan air mata. Namun pada kenyataannya tidak yang seperti kami para fans bayangkan. Lampard tak mendapatkan sebuah perpisahan yang semestinya di Stamford Bridge. Ia pergi layaknya pemain yang hanya beberapa musim bergabung tanpa memberikan kontribusi yang signifikan.
Walaupun berstatus sebagai bintang, namun Lampard tetaplah seorang manusia, yang bisa merasa kecewa diperlakukan demikian. Kekecewaannya ia ungkapkan dalam sebuah inteview setelah ia resmi berpisah dengan The blues. Lampard mengungkapkan bahwa ia merasa sedih tak bisa mengucapkan salam perpisahan secara layak pada para pendukung Chelsea.
"Saya hengkang melalui pintu belakang. Saya tentu lebih memilih untuk angkat kaki dari pintu depan. Sebenarnya hal itu bisa menjadi momen yang menyenangkan. Kepergian itu mungkin merupakan hal yang egois. Saya ingin melakukannya di akhir pertandingan terakhir saya. Tapi tak seperti itu cara sepakbola bekerja. Anda tak bisa menunjuk dan memilih segalanya untuk bisa berakhir sempurna," ujarnya dalam sebuah wawancara kala itu.
Sebelum resmi bertanding untuk klub barunya New York City, Lampard sempat dipinjamkan ke saudara New York City di Premier League yakni Manchester City. Kesempatan tersebut membawa Lampard kepada sebuah moment yang sangat emosional, yakni ketika Man City berhadapan dengan Chelsea.
Melihat Lampard masuk kedalam lapangan untuk berhadapan melawan Chelsea adalah hal yang tak pernah terpikirkan oleh siapa pun, terlebih lagi ia berhasil mencetak gol debutnya untuk City kala melawan mantan klub yang membesarkan namanya sekaligus klub yang sangat dicintainya. Di pertandingan yang berakhir imbang 1-1 itu, ia menjadi pencetak gol penyama kedudukan yang membuat Chelsea gagal meraih poin penuh atas City. Dalam kesempatan itu ia bisa saja meluapkan kekecewaannya terhadap management yang telah mengabaikannya disaat-saat terakhirnya bersama Chelsea dengan merayakan gol yang ia cetak. Namun apa yang ia lakukan setelah mencetak gol adalah hal yang benar-benar berkelas. Ia hanya terdiam, bahkan terlihat sangat bersedih. Sebuah bahasa tubuh yang saya tangkap bahwa ia masih sangat mencintai Chelsea.
Walaupun Lampard mendapatkan pengalaman yang kurang mengesankan di hari perpisahannya dengan Chelsea, namun semoga banner yang bertuliskan ‘SUPER FRANKIE LAMPARD’ akan selalu terpampang di salah satu tribun di Stamford Bridge, meski ia sudah tak lagi bersama sang mantan, Chelsea.
Saya juga bukanlah seorang fans Liverpool, namun ketika bintang Anfield Steven Gerrard memutuskan untuk hengkang ke klub MLS, LA Galaxy saya juga merasa sedikit ada yang beda ketika Gerrard tak lagi bermain di Liga Inggris. Dilihat dari kontribusi, prestasti dan kesetiaannya pada klub, Gerrard pantas disebut sebagai salah satu Legenda Liverpool. Seorang legenda yang pada akhirnya harus menjauh dari apa yang dicintainya. Ya, Gerrard memang harus beranjak dari Anfield, melakukan petualangan baru, mendapatkan pengalaman baru dan bermain dikompetisi yang belum pernah diikuti sebelumnya. Ketika resmi berpisah dengan Liverpool, Gerrard mendapatkan Guard of Honour pada laga Liverpool kontra Crystal Palace, Ia juga berkesempatan untuk mengucapkan salam perpisahan plus Lap of Honour. Sebab, laga itu menjadi laga terakhirnya bersama The Reds di Anfield. Gerrard melakukan seremoni perpisahan dengan layak pada Liverpool dan para fansnya.
Ya, tak usah dipungkiri Sir Alex memang fenomenal, dan Stevie G adalah legenda. Mereka memang pantas mendapatkannya.
Lantas bagaimana dengan Lampard? Sang pencetak gol sepanjang masa Chelsea (setidaknya sampai dengan tulisan ini diposting). Dan dengan apa yang telah dilakukan nya untuk Chelsea, apa ia tak pantas disebut legenda? Apa ia tak pantas untuk sekedar mendapatkan Guard of Honour?
Ketika Chelsea tidak memperpanjang kontrak Lampard, sampai pada akhirnya Lampard menemukan Klub Baru yang berkompetisi di MLS (New York City), Lampard sama sekali tidak mendapatkan perlakuan istimewa layaknya apa yang didapatkan oleh Ferguson maupun Gerrard dari klub mereka. Kecewa? Mungkin tak sedikit fans yang kecewa dengan management klub.
Lampard yang didatangkan oleh Claudio Ranieri dari West Ham United pada 2001, ia langsung jadi andalan di lini tengah Chelsea. Suporter Chelsea awalnya tak sepenuhnya menyambut dia, tapi kesederhanaan dan profesionalisme, membuat fans kemudian sangat mencintainya. Hari demi hari berlalu. Tahun demi tahun berganti. Lampard pun berubah menjadi sosok dengan peran yang sangat vital untuk Chelsea dan berhasil menjelma menjadi seorang pemain bintang yang namanya begitu dielu-elukan oleh publik Stamford Bridge. Tak bisa dipungkiri bahwa Frank Lampard adalah salah satu legenda Chelsea terbesar di generasi ini, selain John Terry. Kontribusinya sangat besar untuk dilupakan di kemudian hari.
Dengan memberikan banyak kontribusi untuk membawa Chelsea menjuarai Liga Inggris, Piala FA, Liga Europa dan Liga Champions. Tak hanya itu, Lampard juga berhasil mencatatkan tinta emas dalam sejarah Chelsea sebagai Pencetak Gol sepanjang masa klub atas namanya.
Lampard dan Chelsea adalah bagian yang bisa dipisahkan. Layaknya jantung dalam organ tubuh manusia. Begitu pun sosok Lampard di Chelsea. Cerita romantis nan indah Lampard bersama Chelsea memang telah lama berakhir. Pemain berjuluk Super Frank ini hengkang setelah 13 musim berseragam Chelsea. Kepergian Lampard dari Stamford Bridge bisa menjadi salah satu kepergian yang sudah seharusnya diiringi dengan air mata. Namun pada kenyataannya tidak yang seperti kami para fans bayangkan. Lampard tak mendapatkan sebuah perpisahan yang semestinya di Stamford Bridge. Ia pergi layaknya pemain yang hanya beberapa musim bergabung tanpa memberikan kontribusi yang signifikan.
Walaupun berstatus sebagai bintang, namun Lampard tetaplah seorang manusia, yang bisa merasa kecewa diperlakukan demikian. Kekecewaannya ia ungkapkan dalam sebuah inteview setelah ia resmi berpisah dengan The blues. Lampard mengungkapkan bahwa ia merasa sedih tak bisa mengucapkan salam perpisahan secara layak pada para pendukung Chelsea.
"Saya hengkang melalui pintu belakang. Saya tentu lebih memilih untuk angkat kaki dari pintu depan. Sebenarnya hal itu bisa menjadi momen yang menyenangkan. Kepergian itu mungkin merupakan hal yang egois. Saya ingin melakukannya di akhir pertandingan terakhir saya. Tapi tak seperti itu cara sepakbola bekerja. Anda tak bisa menunjuk dan memilih segalanya untuk bisa berakhir sempurna," ujarnya dalam sebuah wawancara kala itu.
Sebelum resmi bertanding untuk klub barunya New York City, Lampard sempat dipinjamkan ke saudara New York City di Premier League yakni Manchester City. Kesempatan tersebut membawa Lampard kepada sebuah moment yang sangat emosional, yakni ketika Man City berhadapan dengan Chelsea.
Melihat Lampard masuk kedalam lapangan untuk berhadapan melawan Chelsea adalah hal yang tak pernah terpikirkan oleh siapa pun, terlebih lagi ia berhasil mencetak gol debutnya untuk City kala melawan mantan klub yang membesarkan namanya sekaligus klub yang sangat dicintainya. Di pertandingan yang berakhir imbang 1-1 itu, ia menjadi pencetak gol penyama kedudukan yang membuat Chelsea gagal meraih poin penuh atas City. Dalam kesempatan itu ia bisa saja meluapkan kekecewaannya terhadap management yang telah mengabaikannya disaat-saat terakhirnya bersama Chelsea dengan merayakan gol yang ia cetak. Namun apa yang ia lakukan setelah mencetak gol adalah hal yang benar-benar berkelas. Ia hanya terdiam, bahkan terlihat sangat bersedih. Sebuah bahasa tubuh yang saya tangkap bahwa ia masih sangat mencintai Chelsea.
Walaupun Lampard mendapatkan pengalaman yang kurang mengesankan di hari perpisahannya dengan Chelsea, namun semoga banner yang bertuliskan ‘SUPER FRANKIE LAMPARD’ akan selalu terpampang di salah satu tribun di Stamford Bridge, meski ia sudah tak lagi bersama sang mantan, Chelsea.
iya gan, saya bukan fans mereka juga tapi rasanya mereka itu kejam, ferguson emang karena mau pensiun, tapi apa yang terjadi pada gerard, lampard, raul dan pirlo? seharusnya mereka bisa seperti paolo maldini dan totti. lampard dan pirlo emang tidak bisa sama persis karena lebih dari satu klub sebelumnya, tapi gerard dan raul? sedih banget dah waktu itu, padahal saya benci sekali sama real madrid but no untuk para pemainnya. gerard dan raul digagalkan oleh manajemen untuk menjadi orang yang termasuk dalam one man club! jahat banget bila melihat kontribusinya untuk klub selama belasan tahun!
BalasHapusBegitu lah legenda, mereka punya ceritanya masing-masing gan
Hapus