Penjaga Gawang, Pahlawan Yang Terabaikan
Menjadi satu-satunya pemain yang diizinkan untuk menyentuh bola dengan tangannya yang terlapisi oleh sarung tangan tebal, mengenakan seragam yang berbeda dengan 10 anggota tim lainnya, selalu berada tidak jauh dari gawangnya dan diberikan tanggung jawab besar yakni menjaga gawang yang dijaganya itu dari kebobolan. Setidaknya itulah hal umum yang paling menonjol dari seorang penjaga gawang atau yang juga biasa disebut kiper.
Sebagai benteng terakhir dari sebuah tim sepakbola, penjaga gawang juga memiliki peran yang sangat penting, sama seperti posisi lain yang memiliki peluang untuk mencetak gol lebih besar seperti penyerang, gelandang, ataupun pemain belakang. Namun dalam beberapa kesempatan seorang penjaga gawang yang mempunyai “kelebihan” juga berpeluang mencetak gol dari bola-bola mati, misal nya melalui tendangan bebas, tentangan penalti ataupun tendangan pojok.
Tanggung jawab yang begitu besar tanpa kita sadari ada dipundak para penjaga gawang. Terlepas dari peran pemain diposisi lain yang lebih menonjol. Namun tak jarang, sosok penjaga gawang justru sering menjadi penentuk dari hasil sebuah laga. Namun sangat jarang seorang penampilan seorang penjaga gawang mendapat pujian ketika timnya meraih kemenangan, yang biasanya lebih menjadi sorotan dan dianggap sebagai faktor penting dalam sebuah kemengangan adalah sang pencipta gol. Dan sayangnya, seorang penjaga gawang sering kali menjadi pemain yang paling disorot ketika sebuah tim mengalami kekalahan telak. Kala itu terjadi, kualitas seorang penjaga gawang pun dipertanyakan, walaupun titik lemah dari sebuah tim bukan sepenuhnya tanggung jawab dari seorang penjaga gawang saja melainkan juga merupakan tanggung jawab tim secara keseluruhan. Seorang kiper benar-benar akan mendapat pujian jika tim yang diperkuatnya berhasil memenangi sebuah pertandingan setelah melalui babak adu penalti. Namun, pujian tentu tidak datang begitu saja, sang kiper harus berhasil melakukan beberapa blok terhadap tendangan penalti lawan untuk memberikan kontribusi kemenangan yang begitu nyata kepada tim. Saya masih dapat mengingat dengan baik bagaimana seorang penjaga gawang bernama Francesco Toldo begitu dielu-elukan oleh publik Italia dan termasuk oleh masyarakat Indonesia yang mendukung Italia kala itu, atas penampilan gemilangnya saat Italia mampu menyingkirkan tuan rumah Belanda di Babak Semifinal yang kala itu lebih diunggulkan. Francesco Toldo mematahkan penalti De Boer dan Paul Bosvelt untuk membawa Italia menembus final. Tapi bagi saya pribadi, hal paling istimewa dari ajang adu penalti Italia-Belanda di Euro 2000 itu bukanlah aksi penyelamatan Toldo, melainkan panenka dari Francesco Totti yang mampu menipu Edwin Van der Sar.
Dari salahsatu artikel yang pernah saya baca. Pada tahun 1906, dalam acara tahunan The Book of Football, Leigh Richmond Roose, seorang pemain Wales yang menjadi salah satu bintang besar di sepakbola Britania di masanya menulis: "Seorang kiper yang bagus, seperti seorang penyair, dilahirkan bukan diciptakan". Semasa hidup saya, saya sempat menyaksikan permainan beberapa kiper hebat di era mereka, beberapa kiper hebat yang akan sebutkan disini adalah hanya beberapa dari sekian banyak kiper tangguh di dunia yang tak mungkin saya absen satu persatu disini. Kiper yang saya maksudkan disini adalah Petr Schmciel, Gianluigi Buffon, Oliver Kahn, Iker Casillas, Manuel Neuer, Edwin Van Der Saar, Petr Cech.
Namun, sayangnya sosok dan peran seorang penjaga gawang memang sering terabaikan. Dari nama-nama kiper yang saya sebutkan sebelumnya tadi, belum seorang pun pernah meraih predikat sebagai pemain terbaik dunia ataupun eropa yang kini dikenal sebagai Ballon d'Or. Untuk dinobatkan sebagai yang terbaik, seorang penjaga gawang akan sulit bersaing dengan penyerang atau pemain tengah. Posisi penyerang dan pemain tengah memang merupakan yang paling difavoritkan untuk meraih penghargaan bergengsi tersebut. Meskipun tidak menutup kemungkinan pemain belakang dan seorang kiper juga bisa meraihnya. Tengoklah gelar pemain terbaik dunia yang dianugerahkan FIFA. Sejak Perang Dunia II berakhir, tepatnya pada tahun 1963, hanya ada seorang kiper dari Uni Soviet bernama Lev Yashin yang pernah menjadi pemain terbaik di benua Eropa. Setelah itu otomatis belum ada lagi seorang penjaga gawang yang menjadi pemain terbaik FIFA maupun Eropa. Sejauh ini penjaga gawang yang tampil luar biasa sepanjang tahun hanya masuk nominasi tanpa berhasil membawa pulang trofinya. Beberapa penjaga gawang yang tampil luar biasa yang pernah menjadi nominasi Ballon d'Or adalah Dino Zoff (Italia), Ivo Viktor (Rep. Ceska), Oliver Kahn (Jerman), Gianluigi Buffon (Italia), dan Manuel Neuer (Jerman).
Tim-tim tangguh di Eropa dan merajai dunia sekalipun tentu tak akan pernah berada di puncak kejayaan mereka tanpa seorang penjaga gawang berkualitas berada di benteng paling belakang pertahanan mereka. Jika berbicara resiko menjadi seorang penjaga gawang, bukan berarti menjadi seorang penjaga gawang itu tanpa resiko, meskipun yang kerap terlihat dalam sebuah pertandingan seorang kiper tampak lebih santai dari 10 rekan nya yang lain yang terus bergerak dan berlari. Untuk menjalankan tugasnya seorang kiper harus jatuh bangun, bahkan tidak jarang seorang kiper sampai berdarah-darah karena berbenturan dengan pemain lawan (atau bahkan rekan se-timnya) demi menjaga gawangnya dari kebobolan.
Tak dapat dipungkiri, selain tanggung jawab yang besar, resiko yang diambil, seorang kiper memang mempunyai peranan penting bagi sebuah tim dalam suatu pertandingan. Bahkan ketangguhan seorang kiper dapat memberikan rasa aman kepada rekan-rekan se-timnya dalam menjalani pertandingan. Tapi semua peran itu tampaknya selalu kalah mentereng dan kalah populer dengan peran seorang pengatur permainan dan seorang pencetak gol. Itulah Penjaga Gawang, layaknya seorang Pahlawan yang terabaikan...
Sebagai benteng terakhir dari sebuah tim sepakbola, penjaga gawang juga memiliki peran yang sangat penting, sama seperti posisi lain yang memiliki peluang untuk mencetak gol lebih besar seperti penyerang, gelandang, ataupun pemain belakang. Namun dalam beberapa kesempatan seorang penjaga gawang yang mempunyai “kelebihan” juga berpeluang mencetak gol dari bola-bola mati, misal nya melalui tendangan bebas, tentangan penalti ataupun tendangan pojok.
Tanggung jawab yang begitu besar tanpa kita sadari ada dipundak para penjaga gawang. Terlepas dari peran pemain diposisi lain yang lebih menonjol. Namun tak jarang, sosok penjaga gawang justru sering menjadi penentuk dari hasil sebuah laga. Namun sangat jarang seorang penampilan seorang penjaga gawang mendapat pujian ketika timnya meraih kemenangan, yang biasanya lebih menjadi sorotan dan dianggap sebagai faktor penting dalam sebuah kemengangan adalah sang pencipta gol. Dan sayangnya, seorang penjaga gawang sering kali menjadi pemain yang paling disorot ketika sebuah tim mengalami kekalahan telak. Kala itu terjadi, kualitas seorang penjaga gawang pun dipertanyakan, walaupun titik lemah dari sebuah tim bukan sepenuhnya tanggung jawab dari seorang penjaga gawang saja melainkan juga merupakan tanggung jawab tim secara keseluruhan. Seorang kiper benar-benar akan mendapat pujian jika tim yang diperkuatnya berhasil memenangi sebuah pertandingan setelah melalui babak adu penalti. Namun, pujian tentu tidak datang begitu saja, sang kiper harus berhasil melakukan beberapa blok terhadap tendangan penalti lawan untuk memberikan kontribusi kemenangan yang begitu nyata kepada tim. Saya masih dapat mengingat dengan baik bagaimana seorang penjaga gawang bernama Francesco Toldo begitu dielu-elukan oleh publik Italia dan termasuk oleh masyarakat Indonesia yang mendukung Italia kala itu, atas penampilan gemilangnya saat Italia mampu menyingkirkan tuan rumah Belanda di Babak Semifinal yang kala itu lebih diunggulkan. Francesco Toldo mematahkan penalti De Boer dan Paul Bosvelt untuk membawa Italia menembus final. Tapi bagi saya pribadi, hal paling istimewa dari ajang adu penalti Italia-Belanda di Euro 2000 itu bukanlah aksi penyelamatan Toldo, melainkan panenka dari Francesco Totti yang mampu menipu Edwin Van der Sar.
Dari salahsatu artikel yang pernah saya baca. Pada tahun 1906, dalam acara tahunan The Book of Football, Leigh Richmond Roose, seorang pemain Wales yang menjadi salah satu bintang besar di sepakbola Britania di masanya menulis: "Seorang kiper yang bagus, seperti seorang penyair, dilahirkan bukan diciptakan". Semasa hidup saya, saya sempat menyaksikan permainan beberapa kiper hebat di era mereka, beberapa kiper hebat yang akan sebutkan disini adalah hanya beberapa dari sekian banyak kiper tangguh di dunia yang tak mungkin saya absen satu persatu disini. Kiper yang saya maksudkan disini adalah Petr Schmciel, Gianluigi Buffon, Oliver Kahn, Iker Casillas, Manuel Neuer, Edwin Van Der Saar, Petr Cech.
Namun, sayangnya sosok dan peran seorang penjaga gawang memang sering terabaikan. Dari nama-nama kiper yang saya sebutkan sebelumnya tadi, belum seorang pun pernah meraih predikat sebagai pemain terbaik dunia ataupun eropa yang kini dikenal sebagai Ballon d'Or. Untuk dinobatkan sebagai yang terbaik, seorang penjaga gawang akan sulit bersaing dengan penyerang atau pemain tengah. Posisi penyerang dan pemain tengah memang merupakan yang paling difavoritkan untuk meraih penghargaan bergengsi tersebut. Meskipun tidak menutup kemungkinan pemain belakang dan seorang kiper juga bisa meraihnya. Tengoklah gelar pemain terbaik dunia yang dianugerahkan FIFA. Sejak Perang Dunia II berakhir, tepatnya pada tahun 1963, hanya ada seorang kiper dari Uni Soviet bernama Lev Yashin yang pernah menjadi pemain terbaik di benua Eropa. Setelah itu otomatis belum ada lagi seorang penjaga gawang yang menjadi pemain terbaik FIFA maupun Eropa. Sejauh ini penjaga gawang yang tampil luar biasa sepanjang tahun hanya masuk nominasi tanpa berhasil membawa pulang trofinya. Beberapa penjaga gawang yang tampil luar biasa yang pernah menjadi nominasi Ballon d'Or adalah Dino Zoff (Italia), Ivo Viktor (Rep. Ceska), Oliver Kahn (Jerman), Gianluigi Buffon (Italia), dan Manuel Neuer (Jerman).
Tim-tim tangguh di Eropa dan merajai dunia sekalipun tentu tak akan pernah berada di puncak kejayaan mereka tanpa seorang penjaga gawang berkualitas berada di benteng paling belakang pertahanan mereka. Jika berbicara resiko menjadi seorang penjaga gawang, bukan berarti menjadi seorang penjaga gawang itu tanpa resiko, meskipun yang kerap terlihat dalam sebuah pertandingan seorang kiper tampak lebih santai dari 10 rekan nya yang lain yang terus bergerak dan berlari. Untuk menjalankan tugasnya seorang kiper harus jatuh bangun, bahkan tidak jarang seorang kiper sampai berdarah-darah karena berbenturan dengan pemain lawan (atau bahkan rekan se-timnya) demi menjaga gawangnya dari kebobolan.
Tak dapat dipungkiri, selain tanggung jawab yang besar, resiko yang diambil, seorang kiper memang mempunyai peranan penting bagi sebuah tim dalam suatu pertandingan. Bahkan ketangguhan seorang kiper dapat memberikan rasa aman kepada rekan-rekan se-timnya dalam menjalani pertandingan. Tapi semua peran itu tampaknya selalu kalah mentereng dan kalah populer dengan peran seorang pengatur permainan dan seorang pencetak gol. Itulah Penjaga Gawang, layaknya seorang Pahlawan yang terabaikan...
0 komentar:
Posting Komentar